Sudah beberapa bulan Risa mendapat selembar surat dalam lokernya. Surat-surat itu berisi tentang sebuah cerita tetapi romantis. Tidak seperti biasanya jika orang mengirimkan surat berupa kata-kata mutiara, puisi, ataupun hadiah. Tetapi orang ini mengirimkan sebuah cerita romantis.
Dalam surat itu berisi tentang seseorang yang menyukai seorang gadis. Ia suka sekali mengirmkan sebuah selembar kertas. Sama seperti orang yang mengirimkan surat itu kepada Risa. Ia tidak pandai membuat puisi ataupun kata mutiara. Apalagi memberi bunga. Ia hanya bisa memberi sebuah cerita dalam selembar kertas. Gadis itu selalu penasaran pada cerita itu. Setiap hari ia tunggu untuk orang itu mengirimkan kelanjutannya. Ia membacanya dengan serius. Lama-lama gadis itu ingin melihat orang yang menulis kisah itu. Alhasil, ia tidak dapat menemukan orang itu sampai ia tamat sma. Gadis itu selalu mencari orang itu
Kisah itu dituliskannya kepada Risa. Entah apa maksudnya. Tetapi ia menceritakan seolah seperti kehidupan nyata. Yah, benar. Karena Risa sama seperti gadis itu. Dia selalu menunggu kiriman surat itu. Dan ia selalu penasaran seperti apa orang yang mengirimnya.

Seperti biasa di lokernya selalu ada selembar kertas. Orang itu selalu mengirim selembar kertas setiap hari Sabtu. “Gak sabar apa lanjutan ceritanya.” ucapnya dalam hati.Saat istirahat, ketiga sahabatnya itu Marsha, Tia, Dea mengajaknya berbelanja seperti biasa.
“Risa.. Ayo kita belanja bersama!” ajak Dea
“Eh, tunggu! Kalian ini seperti baru kenal saja. Tunggu dulu aku mau ke loker.”
“Pasti lo mau ngambil surat dari kiriman orang yang gak jelas itu kan?” tanya Marsha
“Iya, nih! Tapi aneh ya? Padahal kita mau lulus sma, tapi dia masih gak bilang siapa dia.” sahut Tia
“Iya, sih? Gua juga bingung siapa sebenarnya yang ngrim surat ini. Tapi dia beda sama cowok lain. Di ngirim sebuah kisah yang romantis banget.” jawab Risa
“Iya, bagus tuh dijadikan novel.” ucap Marsha
“Bentar yah!” ucap Risa
“Ayo.. Ris! Nanti aja bacanya, keburu masuk.” sahut Dea
“Ah, iya. Nanti aja kutaruh aja di tas.”
Mereka pun berbelanja ke kantin. Mereka memesan makananya dan duduk di paling belakang. Banyak sekali siswa yang berbelanja di sana.
“Teman-teman?” ucap Dea
Semua temannya mengerah ke Dea
“Ada apa Dea?” tanya Risa
“Lo lihat gak cowok di sana?” sambip menujuk orang itu
“Emang kenapa?” tanya Marsha
“Tuh, orang liat kita mulu.”
“Perasaan lo aja kali! Yang penting kita makan.” sahut Tia
Setelah semuanya sudah selesai makan siang, mereka semua kembali ke kelas.
“Ayo, kita ke kelas. 7 menit lagi mau masuk.” ajak Risa
“Kalian aja, aku mau ke toilet. Duluan aja, bye.” suruh Dea
Ketiga sahabatnya pun pergi. Sedangkan Dea sebenarnya tidak ke toilet tetapi ia merasa penasaran pada cowok tadi. Ia mengikutinya diam-diam. Saat cowok itu di depan kelas, tiba-tiba temannya memanggilnya.
“Verdi, dari mana lo?” tanya temannya
“Dari kantin. Kenapa?”
“Sudah beres, udah diambil bro!”
“Makasih, minggu depan gua beri lagi.”
“Ok, sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan, tapi nanti bisa ketahuan.” ucap temannya
“Ah iya, nanti saja. Aku masuk dulu.”
“Iya, ver.”
Temannya tadi pun pergi. Dea melihat orang itu, ia teman sekelasnya. Namanya Kevin. Dia penasaran apakah ada hubungan mereka dengan selembar kertas itu. “Sudah kuduga, ada hal yang mencurigakan.” ucapnya dalam hati.
Dea hendak menuju kelas cowok itu, Verdi. Tapi terhenti karena bel pun berbunyi. Ia pun cepat-cepat ke kelasnya. Dilihatnya ketiga temannya itu sedang duduk menyiapkan buku. Sedangkan Dea duduk ke tempatnya. Sedangkan sebelahnya, Risa bertanya kepada Dea
“Dea, dari mana aja? Ke wc lama amat.” tanya Risa
“Tadi banyak orang di wc.” jawab Dea
Setelah berjam-jam belajar, mereka pun pulang. Apalagi 2 minggu lagi mereka menghadapi UN. Jadi mereka diberi libur 1 minggu untuk belajar. Sedangkan Dea terpaksa untuk menyudahi mencari tau tantang Verdi.
Ketika pulang sekolah, keempat sahabat itu berkumpul. Mereka berencana satu minggu mereka akan belajar kelompok. Sedangkan Dea tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan temannya.
“Ehm, sorry. Gua potong pembicaraanya.”
“Kenapa sih lo Dea? Aneh banget?” tanya Marsha dengan heran
“Kayaknya gua…” ucap Dea ragu
“Kenapa lo?” tanya Tia
“Sorry gua lupa mau bilang apa.” jawab Dea tidak jadi mengatakannya
“Kebiasaan nih, udah pikun kayaknya. Hehehe.” sahut Risa
“Dasar lu, Dea. Asem!” ucap Marsha merasa kesal
Mereka pun melanjutkan tentang belajar kelompok. Sesudah itu mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.
Risa pun cepat-cepat masuk ke kamarnya.
“Hati-hati, Ris! Nanti jatuh.” ucap mamahnya
“Iya, mah! Sorry Risa mau cepat-cepat, nih!” jawab Risa
“Kamu ini, sama kayak ayahmu.” sahut ibunya
Risa pun membongkar tasnya dan mengambil selembar kertas. Ia pun membukanya dan membaca isi suratnya itu. ‘Sekarang sudah hampir setahun pria itu mengirim surat pada gadis itu. Juga, sebentar lagi akan berpisah. Pria itu meminta, jangan mencarinya siapa pengirim surat ini. Karena ia akan pergi dan mungkin tidak akan kembali. Tetapi gadis itu tidak terima. Ia tidak mau berpisah dengannya. Gadis itu terlanjur jatuh cinta pada pengirim itu. Gadis itu berusaha mencari cara agar bisa bertemu dengan pria itu. Ia membalas surat dari pria itu untuk pertama kalinya. Padahal bisanya gadis itu hanya membaca suratnya saja “Jangan pergi, tetaplah di sini. Walaupun cinta itu buta. Sama seperti saya tidak tau siapa dirimu, tapi percayalah aku tetap mencitaimu” kata perempuan itu. Tetapi setelah itu. Surat yang dikirim pria itu seperti biasanya pada hari sabtu. Tak kunjung terlihat di loker sekolahnya. Hingga mereka lulus. Dan saat itulah, gadis itu mencari pria itu. Sampai tiba saatnya ia menemukan pria itu dan melihatnya. Untuk pertama kalinya. Dia tidak menyangka bahwa pria itu jatuh cinta padanya. Karena ia tau pria itu banyak disukai para wanita apalagi para wanita yang cantik daripadanya. Tetapi ia memilih gadis itu karena gadis yang terbaik. Selamat tinggal untukmu.’
Ia pun membacanya dengan meneteskan air mata.
“Aku merasa cerita ini sama seperti kehidupan nyata. Apa maksudnya ini? Apakah di bercerita tentang aku dan dirinya. Kalimat terakhirnya juga sangat membingungkan. Ia mungkin secara tidak langsung mengucapkan tanda perpisahan. Tapi benar, aku menyukainya seperti gadis itu. Penuh misteri.”
Saat itulah, kisah itu menjadi nyata. Memang benar, kisah itu seperti kisah kehidupan Risa dan seseorang yang mengirim surat itu. Ketika itu juga, Risa mencoba seperti gadis itu membalas suratnya. Isinya sama seperti isi gadis itu. Tetapi itu benar. Saat sabtu terakhir masuk sekolah ia melihat di lokernya tidak ada balasan.

Risa terus melihat ke sana kemari. Mungkin saja orang itu akan memperlihatkan dirinya. Ia merasa tidak menyangka apa cerita ini mengisah dirinya dengan orang itu. Tetapi benar saja, orang itu tidak muncul hingga acara perpisahan selesai. Teman-temannya mengajaknya pulang tetapi ia menolaknya. Ketiga sahabat merasa bingung.Di hari perpisahan mereka. Semua siswa berkumpul menyelenggarakan acara perpisahan. Sedangkan kedua anak laki-laki itu tetap di luar. Yah, laki-laki itu Verdi dan temannya Kevin.
“Ver, ini hari terakhir. Gimana lo ungkapin aja perasaan lo?” saran Kevin
“Lo tau kan? Kenapa gua bikin cerita itu? Itu adalah cerita tentang gua dan risa. Gua menceritakan kehidupan nyata gua secara tidak langsung. Cerita itu gua ingin benar terjadi. Mungkin suatu saat dia mencari gua dan menemukan gua sama seperti di cerita itu.”
“Terserah lu, tapi gak nyesel?”
“Hidup itu tidak perlu disesali, tapi dijalani.” ucap Verdi dan pergi
“Kasian banget si Risa.” ucap Dea
“Iya, cowok itu sama sekali tidak bilang dirinya sampai saat ini.” jawab Tia
“Gua gak tega liatnya, ia memendam perasaan Risa.” ucap Marsha
Sampai semua orang sudah sepi. Tak ada ia juga datang, hanya mereka berempat. Risa pun menangis. Ketiga sahabatnya itu berusaha menenangkannya. Ia terlanjur cinta pada pengrim surat itu.
Saat itu, orang yang mengiri surat itu telah tidak terlihat kabarnya. Ia sudah tidak mengirim lagi. 7 tahun kemudian Risa menanti orang itu. Ia tidak pernah lupa tentang pria itu. Teman-temannya begitu heran. Sampai saat ini, Risa masih saja mencari orang itu. Akhirnya, Dea pun membantu Risa. Ia pun mencari kembali orang yang tidak sempat ia cari informasinya. Dea mengatakan kejadian itu. Mereka sepakat mencari Kevin. Setelah sebulan lamanya, mereka mendapat kontak Kevin. Tetapi belum di balas selama seminggu. Mereka pikir ini hanya sia-sia. Karena mungkin kontaknya sudah tidak terpakai. Tapi, kejaiban! Kevin membalasnya. ‘Iya aku tau, siapa orang yang mengirimnya.’ balas Kevin dari chat Dea. Dea pun menanyakan siapa orang itu dan di mana ia. ‘Namanya Verdi, dia tinggal di Surabaya sekarang, sebentar akan ku kirim alamatnya.’ balas Kevin. Alhasil, mereka menemukan alamatnya. Dan mengajak Risa untuk mencari pria itu.
Setibanya di Surabaya, mereka menuju alamat itu dan betapa kagetnya. Bahwa pria itu Verdi. Verdi teman akrab sdnya dulu. Karena sudah tidak akrab lagi di sma dan juga beda kelas. Ia juga tidak tau bahwa Verdi yang teman sd nya satu sekolah di sma. Betapa senangnya ia, Risa langsung memeluk Verdi. Ketiga sahabatnya itu merasa terharu. Risa berterimakasih pada sahabatnya.
“Sekarang, akulah gadis itu. Dalam ceritamu.”
“Memang kau, gadis itu dan aku pria itu.” jawab Verdi
Mereka pun membangun rumah tangga dan hidup bahagia. Mereka mengisahkannya pada anak-anaknya kisah cinta mereka. Dan tidak akan terlupakan sampai selamanya.
TAMAT